Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin penting untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita. Siapapun bisa berperan serta dalam menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, termasuk kita. Dimulai dari lingkungan yang terkecil, diri kita sendiri, sampai ke lingkungan yang lebih luas.
Permasalahan pencemaran lingkungan yang harus segera kita atasi bersama diantaranya pencemaran air tanah dan sungai, pencemaran udara perkotaan, kontaminasi tanah oleh sampah, hujan asam, perubahan iklim global, penipisan lapisan ozon, kontaminasi zat radioaktif, dan sebagainya. akhir-akhir ini tingginya pencemaran air tak lepas dari bencana banjir.
Memasuki musim kemarau, banyak sungai di wilayah DKI Jakarta kondisinya sangat memprihatinkan. Sungai-sungai yang ada, seperti Sungai Banjir Kanal Barat, dalam kondisi mengalami pendangkalan akibat lumpur, kotor, berbau dan penuh sampah. Saya kira sistem menjaga kebersihan sungai-sungai di DKI perlu diubah, banya. Kalau selama ini pembersihan sungai-sungai dilakukan lewat pengerukan oleh perusahaan-perusahaan tertentu dengan alat-alat berat pula, ada baiknya sistem pembersihan sungai, membersihkan bangunan-bangunan liar di hulu sungai dilakukan dengan melibatkan langsung masyarakat.
Pemprov DKI mungkin bisa menerapkan terobosan baru dengan membeli dari warga masyarakat (siapa pun) yang mampu mengeruk/menggali sampah atau lumpur dari sungai-sungai di DKI. Misalnya, untuk satu kubik lumpur akan dihargai dengan uang jasa dalamjumlah tertentu dan satu kubik sampah dengan nilai tertentu pula.
Dengan demikian. Instansi terkait tinggal menyediakan lokasi penampungan lumpur atau sampah Saya yakin dengan cara ini, masyarakat akan berbondong-bondong, baik sendiri-sendiri maupun secara berkelompok untuk membersihkan sungai karena ada imbalannya. Dana (yang konon mencapai ratusan miliar rupiah) untuk biaya pengerukan pun bisa didistribusikan ke masyarakat (pemuhung, tukang gali, dsb).
Kabarnya perencanaan pengerukan 13 sungai di jakarta tertunda selama satu tahun, pengerukan 13 sungai utama akan dimulai awal 2011. Pengerukan sungai di Jakarta dan sekitarnya mengurangi risiko banjir di Ibu Kota 40 persen. Pengerukan beberapa anak sungai dan mulai beroperasinya menimbulkan, peningkatan daya tamping air saluran drainase mengatasi genangan dan banjir.
Selain itu, pengerukan dan normalisasi beberapa sungai di kawasan hulu sungai menjadi tempat parkir air agar tidak semua tercurah ke sungai-sungai di Jakarta. Pemerintah pusat akan membangun terowongan pennghubung sungai Ciliwung dan sungai Cipinang. Terowongan itu untuk mengalihkan air dari Ciliwung saat ada banjir kiriman ke cipinang.
Sementara itu, Senior Technical Advisor Bank Dunia, Stephen F Lintner mengatakan, pihaknya sedang membantu mencari cara efektif untuk menjangkau masyarakat agar menyadari penyebab banjir dan langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Dengan demikian warga mengetahui, program ini bertujuan meningkatkan keselamatan fisik, kondisi ekonomi, dan kesejahteraan sosial warga Jakarta.
Kebijakan relokasi ini harus dilakuka dengan baik untuk mencegah terjadinya penolakan warga dalam skala besar. "Kita akan bantu orang diperlakukan dengan baik, dan memungkinkan memulihkan mata pencarian mereka," kata Stephen.
Cara efektif agar tidak terjadi banjir dengan “Buanglah sampah pada tempatnya”, bisa jadi sebuah kata-kata klasik, yang saya yakin hampir semua orang pernah mendengar nasihat ini. Tapi mengapa masih juga ada yang membuang sampah tidak pada tempatnya? Sebuah slogan seperti itu memang terkadang dilema. Kalau kita terlalu sering mengucapkannya, orang akan cenderung terbiasa mendengar, dan bisa jadi nasihat itu hanya akan menjadi slogan klise tanpa makna. Tapi kalau jarang disampaikan, namanya manusia, akan cenderung untuk lupa akan pentingnya 'membuang sampah pada tempatnya'. Dan semua kata-kata itu seperti tak ada lagi artinya.
Dipostingkan oleh : Fani Tamala
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar